Kisah Seorang Anak yang Ingin Merubah Nasib Part 1


Cerita ini bermulai disebuah desa kecil yang sangat jauh dari perkotaan yang masih jauh akan keamaian dan hanya ada beberapa rumah, tinggal lah seorang ibu bersama seorang anaknya. Dia adalah nenek aku yang dulu tinggal di desa dengan hidup biasa saja dan selalu berambius untuk menjadi orang kaya. Ketika siang itu sehabis pulang dari sawah ibu ini duduk di depan teras rumah sembari langit langit dan berfikir “apa aku bisa tinggal di kota besar ? tapi bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan anakku yang telah beranjak dewasa ini ? sedangkan SD saja aku tidak lulus ? aku ingin sekali anakku tinggal di kota besar dan melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, tapi dari mana aku mendapat uang” pada siang itu ibu terus berfikir dan menerung. Tak lama kemudian seorang anak dengan mengenakan baju SMA datang menghampiri ibu itu, dia adalah anaknya yang bernama Emi. Ketika sampai di teras rumah Emi bertanya “ibu sedang apa duduk disini?” , lalu ibu itu menjawab “ibu sedang memikirkan diri kamu setelah lulus dari SMA nanti dan ibu ingin pindah kekota” lalu Emi menjawab “Tak usah di pikirkan lah kan masih setahun lagi Emi lulusnya dan tinggal di desa itu lebih menyenangkan dari pada tinggal di kota.” Mendengar jawab Emi, ibu itu sedikit mengurungkan niatnya. Emi ini mempunyai paras yang cantic bisa dibilang dia merupan kembang desa di desa ini dan dia juga merupakan anak yang pintar di sekolahnya. Setelah itu Emi masuk kedalam rumah sekedar mengganti pakaian lalu pergi lagi untuk bekerja. Oh ya Emi ini berkerja juga sebagai guru les pangilan untuk mengajar bahsa inggris di desa, ya benar dia bekerja untuk membantu meringankan beban dan menambah pemasukan keuangan bagi keluarganya. Selepas Emi berpamitan dan berangkat ibu itu masih saja duduk di depan teras rumah terus berfikir sampai mejelang sore hari ibu itu masuk kedalam rumah dan sudah mendapat sedikit ide.

Tiba malam hari di desa jam 07.00 malam itu sudah sangat sepi dan biasa Emi sudah pulang kerumah tetapi padah hari itu Emi belum pulang dan ibu sudah mulai khawatir takut terjadi sesuatu pada anaknya. Ya karena ibu ini hanya tinggal berdua saja dengan anaknya sebab suami ibu ini meninggal dunia karena penyakit paru paru. Mungkin bila saat itu ibu meliliki uang yang banyak suaminya bisa tertolong. Dan itu yang memotivasi ibu untuk menjadi kaya agar bisa menolong orang orang yang membutuhkan uang banyak. Jam sudang menjukan pukul 08.00 tapi Emi belum juga pulang, dan ibu membuka jendela rumah sekedar merasakan angin malam desa kala itu. Sambil berdiri di depan jendela di temani hembusan angina malam dan suara jangkrik, terlihat seorang wanita dari kejauhan. “Apa kah itu Emi ?” ….dalam hati. Dan ternyata bukan. Ibu itu tetap berdiri di depan jendela dan menunggu kedatangan anaknya tak lama kemudian terlihat sebuah lampu yang meyoroti ke arah rumah ibu dengan suara yang tak asing lagi, ya itu Emi, dia diantar oleh seorang pria yang dekat dengannya mungkin itu alasan Emi untuk tetap tinggal di desa pikir ibu. Tokk…Tokkk Assalammualaikum Ibu, Emi pulang… tanpa menjawab salam ibu langsung menghampiri Emi dan bertanya “kenapa baru pulang jam segini” kata ibu. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu emi langsung mengenalkan pria yang mengantarnya pulang. “ibu ini kenalin Sendi temen Emi di sekolah” kata Emi, sembari ibu bersalaman dengan Sendi, Emi menceritakan mengapa ia pulang telat. “Jadi tuh sehabis Emi ngajar, Emi ngerjain tugas sama Sendi terus makan di pecel langganan kita dulu buk, dan ini Emi bawain buat ibu.” Sambil memberikan nasi pecel ke ibu. Disini ibu mulai mengenang lagi, dulu waktu bapak Emi masih ada kami sekeluarga sering makan di warung pecel itu sampai akhirnya bapak meninggal kamu sudah jarang makan disana karna itu membuat ibu merasa sedih dan teringat almarhum bapak. Tak lama kemudian Sendi berpamitan untuk pulang karna sudah larut malam dan jalanan di desa sangatlah sepi tak seperti di kota yang ramai orang. Setelah Sendi pulang dan menutup pintu ibu kembali membahas tentang perbincangan siang tadi, lalu ibu mengajak Emi untuk menemaninya makan, sambil makan ibu memulai bertanya kepada Emi “Bagaimana selepas kau lulus nanti kita jual rumah ini dan kita pindah ke kota ?” kata ibu. Disini Emi kaget. “apa ibu tega menjual peninggalan bapak hanya untuk pindah ke kota ?” kata Emi dengan nada agak tinggi. Disini ibu sedikit merenung dan berfikir kembali apakah bener dia akan benar-benar mewujudkan keinginannya. Nasi pecel yang masih lumayan banyak itu pun tak termakan mungkin karna ibu jadi tidak nafsu untuk memakannya, lalu Emi meninggalkan ibunya di meja makan dengan muka kesal.


0 Response to "Kisah Seorang Anak yang Ingin Merubah Nasib Part 1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel